Senin, 23 Desember 2013

Makalah Zigotik



BAB 1
 PENDAHULUAN
I.        Latar Belakang

Pada tumbuhan tingkat tinggi, kita paling akrab dengan embrio yang berkembang di dalam benih; embrio seperti biasanya muncul dari fusi gamet produk (zigot) berikut reproduksi seksual dan disebut embrio zigotik, meskipun benih ditanggung embrio juga dapat mengembangkan apomictically (yaitu, tanpa reproduksi seksual).Namun, tanaman yang unik dalam morfologi dan fungsional nonzygotic embrio yang benar juga bisa muncul dari sel yang berbeda secara luas dan jenis jaringan di sejumlah titik yang berbeda dari kedua fase gametophytic dan sporophytic dari siklus hidup. Zigot merupakan sel pertama dari generasi sporofit yang memiliki potensi maksimal untuk  melakukan pertumbuhan, karena dia mampu untuk tumbuh menjadi organisme baru yang utuh.
Telur   yang sudah mengalami fertilisasi disebut zigot. Zigot ini akan  berkembang menjadi embrio yang berpotensi untuk membentuk tumbuhan lengkap.Pembentukan zigot melalui suatu perioda  dormansi  yang  bervariasi  antara  beberapa   spesies.  Umumnya  perioda  ini  lebih  pendek  jika  endospermnya  seluler  dari pada  yang nuklear.  Selama  perioda  dormansi  ini  terjadi  perubahan  yang  jelas. Segera  setelah  singami, vakuola  yang  besar  pada zigot  mulai  mengecil,  hal ini menyebabkan ukuran  sel juga tereduksi.  Ukuran  zigot berkurang  menjadi  setengah  dari  asalnya  selama  hampir  24  jam  setelah polinasi. Penurunan ukuran sel menyebabkan akumulasi sitoplasma pada ujung  kalaza dimana  pembelahan pertama  zigot terjadi . Respon yang  lain  pada  singami  adalah  meningkatnmya   jumlah   diktiosom   yang berhubungan  dengan  sintesis dinding  sekeliling  zigot. Agregat ribosom akan membentuk polisom, menunjukkan awal aktivitas metabolisme. Zigot dengan polarisasi  yang  jelas  siap  untuk  membelah  membentuk  embrio. Inti  yang dikelingi  sejumlah  besar  plastida  dan  mitokondria  berada  pada  ujung  kalaza  sel (kutub pikal). Embriogenesis  pada  Dikotil   (Capsella bursa pastoris).  Telur  yang sudah  difertilisasi  disebut  zigot .  Zigot  membelah  asimetris   membentuk  sel. Terminal (apikal) yang kecil dan sel  basal lebih  besar. Sel  terminal Selanjutnya berkembang menjadi embrio, sedangkan sel basal selanjutnya membelah melintang  membentuk suspensor. Sel terminal membelah memanjang membentuk  proembrio  tetrad. Embriogenesis  pada  monokotil  (Najas) Perkembangan  embrio  pada  monokotil  yang  lengkap  dapat  dilihat pada Najas.
Zigot  membelahan  melintang  yang  asimetris  membentuk   sel  apikal  yang kecil dan sel. Basal yang  besar. Sel basal membesar tanpa  membelah membentuk haustorium  sel  tunggal. Seluruh  embrio  berasal  dari  sel  apikal.

II.  Rumusan  Masalah
1. Apa  itu  pengertian  embryogenesis  zigotik ?
2. Bagaimana tahap-tahap embryogenesis zigotik ?
3. Bagaimana pola pembentukan  zigot dari embrio dewasa ?
4. Apa contoh  embryogenesis  zigotik ?

III. Tujuan
1. Dapat  mengetahui pengertian  embryogenesis  zigotik .
2. Dapat  mengetahui  tahap-tahap embryogenesis zigotik.
3. Dapat  mengetahui  pola pembentukan  zigot dari embrio dewasa.
4. Dapat  mengetahui  contoh  embryogenesis  zigotik.








BAB II
PEMBAHASAN
I.          Pengertian Embriogenesis
Embriogenesis adalah tahapan perkembangan zigot / sel / jaringan / organ menjadi tanaman lengkap. Telur yang sudah mengalami fertilisasi disebut zigot. Zigot ini akan berkembang menjadi embrio yang berpotensi untuk membentuk tumbuhan lengkap. Pembentukan zigot melalui suatu perioda dormansi yang bervariasi antara beberapa spesies. Umumnya perioda ini lebih pendek jika endospermnya seluler daripada yang nuklear.

II.          Pengertian Embriogenesis Zigotik
Embrigenesis zigotik adalah perkembangan embrio lengkap dari penyatuan gamet jantan dan gamet betina, Hertman dkk., (1990 dalam Zulkarnain 2009). Apabila dikembangkan dalam kultur jaringan maka akan mengalami perkembangan melalui tahapan oktan, globular, awal hati, hati, torpedo, dewasa. Embriogenesis zigotik merupakan suatu proses dimana sel somatik berkembang membentuk tumbuhan baru melalui fusi gamet (pembuahan). Embrio zigotik terbentuk dari sebuah zigot yang dihasilkan dari peleburan telur, sedangkan non-embrio zigotik terbentuk dari sel selain zigot misalnya embrio somatik yang terbentuk dari sel somatik baik in vivo atau in vitro (Vajrabhaya, 1988).
 Embrio yang digunakan dalam kultur embrio, tidak dimaksudkan untuk menumbuhkan kalus semata, sebaliknya embrio tersebut diharapkan dapat menjaga integritas dan kemampuan tumbuh embrio menjadi tanaman lengkap. Menurut Gunawan, (1992) kultur embrio ditujukan untuk membantu perkecambahan embrio menjadi tanaman lengkap. Problema inkompatibel post zygotic yang diatasi dengan kultur embrio kadang-kadang dikenal dengan istilah embrio rescue walaupun keberhasilan menolong embrio masih tergolong sangat rendah, akan tetapi sudah mampu menghasilkan tanaman lengkap. Pada berbagai tingkat kematangan embrio dapat digunakan sebagai eksplan tergantung dari jenis tanaman dan tujuannya.
Eksplan merupakan faktor penting yang mempengeruhi keberhasilan kultur. Untuk memulai sistem kultur jaringan yang baru dengan spesies atau kultivar tanaman yang baru pula, sering kali menghendaki analisis yang sistemis terhadap potensi dari setiap tipe jaringan. Menurut Oetami, (2009) tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam memilih bahan eksplan adalah genotif, umur dan kondisi fisiologis tanaman induk. Kondisi fisiologis eksplan memiliki peranan penting bagi keberhasilan teknik kultur jaringan. Menurut Gunawan (1988 dalam winarsih (2002) menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan embrio somatik adalah tingkat perkembangan embryozigotik yang dikulturkan. Tingkat perkembangan eksplan (umur eksplan) mempengaruhi tipe serta morfogenesis.
III.          Tahap-tahap Embriogenesis Zigotik
Embriogenesis dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama
adalah salah satu
morfogenesis di mana sumbu kutub dan pola radial dari tubuh tanaman didefinisikan dengan spesifikasi domain akar puncak, jaringan embrio dan organ terbentuk. Tahap kedua adalah salah satu pematangan embrio, melainkan ditandai oleh akumulasi bahan penyimpanan. Selama fase akhir, embrio menjadi kering dan memasuki masa penangkapan perkembangan.
1.        Embriogenesis pada Gymnospermae (Pinus)
Setelah fertilisasi, zigot segera berkecambah untuk melakukan pembelahan untuk membentuk pro embrio. Sebelum mulai pembelahan, inti zigot yang berada ditengah akan membelah dua kali membentuk empat inti. Ke-empat inti ini bermigrasi ke ujung kalaza dari archegonium, kemudian membelah 1 kali membentuk 8 inti. Ke-delapan inti ini, membentuk dinding sehingga terbentuk 8 sel tersusun dalam 2 deret, masing-masing 4 sel. Sel pada deret yang paling bawah membelah lagi membentuk 3 deret yang masing-masing 4 sel. Deret sel ke-4 paling atas dibentuk dengan 4 inti bebas yang terpisah dengan didnding tidak sempurna. Enam belas sel (16) yang simetris disebut proembrio Sel paling bawah, yang terjauh dari ujung mikropil disebut deret embrio. Masing-masing sel akan berkembang menjadi satu embrio. Se-sel diatas sel embrional disebut deret suspensor. Deret ketiga dari bawah disebut deret rosset.

Gambar 1.1 : Embriogenesis pada Pinus
Sumber : Handout Embriogenesis_pdf


Sel suspensor memanjang dan mendorong sel embrional keluar dari archegonium dan masuk kedalam jaringan pada prothallus betina, untuk selanjutnya melakukan pertumbuhan. Ke-empat sel suspensor membelah memanjang sehingga terpisah satu dengan lainnya. Masing-masing sel suspensor memiliki satu sel embrional pada ujungnya.yang membelah cepat.

Gambar 1.2 : Perkembangan lanjutan pada Pinus
Sumber : Handout Embriogenesis_pdf

Gambar 1.3 : Perkembangan lanjutan pada Pinus
Sumber : Handout Embriogenesis_pdf

Sel embrional membelah membentuk quadrant dan oktan. Masing-masing oktan akan menjadi embrio potensial, yang berasal dari satu sel embrional saja. Ke-empat embrio potensial dibentuk dari satu sel telur yang difertilisasi. Embriogeny seperti ini disebut polyembrioni. Pada perkembangan selanjutnya salah satu embrio potensial inti akan tumbuh lebih cepat dari yang lainnya. Satu embrio potensial, melaluio pembelahan, pembesaran dan differensiasi akan berkembang menjadi biji., yang lainnya akan mati. Prothallus tumbuh dan membesar, sel-sel ini menjadi terisi makanan yang akan digunakan untuk pertumbuhan embrio tersebut.

2.        Embriogenesis pada Angiospermae
Tumbuhan berbunga (angiosperma) merupakan kelompok tumbuhan yang berevolusi paling belakangan, dan paling siap untuk menghadapi tantangan kehidupan di darat. pada tumbuhan berbunga, generasi sporofit adalah satu-satunya generasi yang tampak. Gametofit haploid telah sangat tereduksi, sehingga hadir hanya sebagai parasit dalam jaringan-jaringan bunga sporofit inang. Pada banyak jenis angiosperma, jenis kelaminnya tampak terpisah. ciri penting dari kelompok tumbuhan ini adalah bunga, suatu organ reproduktif kompleks yang kemungkinan muncul sebagai hasil modifikasi daun.
Bagian steril pada bunga, terdiri dari sepala dan petala. Struktur sepala dan petala seperti struktur daun. Kedua bagian bunga itu terdiri dari epidermis abaksial dan adaksial yang membatasi 3 atau 4 kadang- kadang hingga 10 lapisan sel isodiamatris yang tak terdiferensiasi ( mesofil ) sel memanjang disertai banyak ruang antar sel. Didalamnya biasanya terdapat berkas pengangkut. Sepal biasanya berwarna hijau dan berfotosintesis, sedangkan rambut dan stomata sering ditemukan pada sepal dan petal. Dinding antiklin pada kebanyakaan bunga terlipat atau berombak. Dinding luar sel epidermis biasanya mempunyai papilla yang membuat petala tampak mengkilap.
Bermacam pigmen pada bunga ditemukan dalam sel epidermis sepala dan petala. Pada umumnya petala mempunyai struktur dalam yang mirip dengan helaian daun, yaitu tulang daun dan mesofilnya berkembang lebih baik, memiliki jaringan palisade. Sepala dan petala dapat berlekatan membentuk suau tutup atau operculum yang dapat terbuka sekelilingnya. Sepala dan petala dapat membentuk dua operculum yang terpisah, atau mungkin berlekatan dan membentuk operculum biasa.










Gambar 2.1 : Tumbuhan Berbunga.
Sumber : Bunga dan bagian – bagiannya . ( Sumber ; Melean, 1956 ).

Bagian reproduktif, benang sari (stamen) terdiri atas filamen ( tangkai sari) dan dan anther ( kotak sari ) dibagian distalnya. Anther terdiri atas dua ruangan (lobus ) yang menempel dan bersambungan dengan lanjutan filamen. Setiap lobus berisi benang sari. Epidermis filament mempunyai kutikula. Filament terdiri atas parenkim dengan vakuola yang berkembang baik dan ruang antar sel kecil. Sering kali dalam cairan sel terdapat pigmen. Anther umunya berisi 4 kantong sari (mikrosporangia ) yang berpasangan dalan 2 lobus. Diantara kedua lobus terdapat jaringan steril yaitu  konektivum.
Gambar  2.2 :  Benang sari

sumber : Foster & Gifford, 1974

Gambar 2.3 : Bentuk anther dan filamen
Sumber : Esau, 1976

Serbuk sari, hasil mikrosporogenesis adalah mikrospora atau butir serbuk sari. Butir tersebut berupa tubuh yang bersimetri radial atau bilateral dan pada dindingnya terdapat bagian yang kurang kuat yang disebut aperatur. Dinding butir sari terdiri dari dua lapisan utama, yakni intin  yang lunak dibagian dalam, dan eksin yang keras disebelah luar. Eksin terbagi lagi menjadi bagian yang tidak berlekuk disebelah dalam, yakni neksin, dan bagian yang menunjukkan pola lekukan khas disebelah luar, yakni seksil.
Karpel, pada bunga bisa ditemukan satu helai karpel  atau lebih. Jika terdapat dua karpel atau lebih, maka karpel dapat lepas satu dari yang lain ( ginesium apokarp, seperti pada bunga mawar ) atau karpl berlekatan dengan cara yang bermacam – macam ( ginesium sinkarp, seperti pada tomat atau pepaya ). Ginesium berkarpel tunggal digolongkan jenis apokarp. Dalam pembentukannya menjadi ginesium, karpel dianggap melipat sepanjang tepinya sedemikian rupa, sehingga sisi adaksial berada di dalam ruang tertutup dan tepinya saling melekat.
Pada ginesium biasanya dapat dibedakan bagian bawah yang fertil, yakni bakal buah ( ovarium ),  bagian tengah yang steril , yakni tangkai putik ( stilus ), dan yang paling ujung adalah kepala putik ( stigma ). Dinding ovarium terdiri atas jaringan parenkim dan pembuluh yang ditutupi oleh epidermis yang ada kutikulanya. Stigma dan stilus mempunyai struktur khusus dan sifat fisiologi yang dapat membuat butir serbuk sari berkecambah pada stigma dan buluh serbuk sari mengadakan pemantakan ke ovulum. Protoderm stigma menjadi epidermis berkelenjar dengan sel kaya protoplama. Epidermis biasanya mempunyai papilla dan dilapisi kutikula.
Pada kebanyakan tumbuhan, sel epidermis stigma berkembang menjadi rambut pendek yang banyak atau berkembang memanjang membentuk serabut yang bercabang, misalnya pada Graminae atau tumbuhan yang penyerbukannya oleh angin. Antara jaringan stigma dan ovarium terdapat jaringan khusus, tempat pemantakan butir serbuk sari  yang berkecambah. Jaringan ini memberi makanan pada buluh serbuk sari untuk tumbuh selama melalui stilus ke ovarium. Jaringan ini oleh Arber (1937 ) disebut  jaringan transmiting ( pemindah ).  Sebagian besar Angiospermae mempunyai stillus padat dan jaringan pemindah merupakan untaian sel sel memanjang yang kaya sitoplasma.  Sel ini menunjukkan dinding samping yang tebal dan dinding mendatar yang  relative tipis.
Bakal buah, pada bakal buah dapat dibedakan dinding bakal buah dan ruang bakal buah. Bakal biji ( ovulum ) terdapat pada daerah dinding bakal buah dalam ( adaksial ), yang disebut plasenta.  Setiap karpel memiliki dua plasenta. Plasenta yang ditemukan didekat tepi atau tidak jauh darinya disebut plasenta marginal (tepi ), dan plasenta yang jauh darinya disebut plasenta laminar.
Tangkai dan kepala putik, tangkai putik merupakan bagian karpel yang memanjang ke atas, kearah distal. Pada ginesium sinkarp, tangkai putik berasal dari semua karpel, yang dapat bersatu atau tetap terpisah. Ujung distal tangkai putik termodifikasi sehingga menghasilkan lingkungan yang baik bagi pengencambahan butir sari. Stigma yang siap menerima butir sari dapat menghasilkan secret dalam jumlah besar dan disebut stigma basah, yang tidak atau kurang menghasilkan secret menjadi stigma kering.
Bakal biji dan kantung embrio, setiap bakal biji (ovulum) melekat pada dinding ovarium dengan adanya tangkai bakal biji (funikulus ) yang mengandung satu berkas pembuluh. Bakal biji terdiri dari jaringan ditengah (nuselus) dilingkari oleh integumen dalam dan integument luar. Kedua integument mengelilingi suatu saluran yang bermuara di pori, disebut mikropil. Daerah nuselus, integument, dan funikulus yang berhubungan, disebut kalaza,  Sering terletak berhadapan derngan mikropil. Tabung sari tumbuh melalui mikropil disaat fertilisasi.
Kantung embrio matang, yakni gametofit betina dari tumbuhan berbunga, muncul dari dalam ovul melakukann pembelahan mitosis sebuah megaspora haploid tunggal. Pada dasarnya, terbentuk tujuh sel melalui kompartementalisasi sitoplasma megaspora, tetapi ada delapan nukleus yang tersebar dalam sel-sel tersebut. Didekat mikrofil, atau bukan kedalam ovul, ada tiga sel-sel telur dan dua sel siergid yang menyertainya. (sebuah dugaan atas keberadaan sinergid yang tampaknya tidak fungsional itu adalah sel-sel tersebut merupakan sisa –sisa dari arkegonium organisme nenek moyang, yang tak lagi ditemukan pada tumbuhan berbunga). Pada ujung lain, ada tiga sel antipodal, yang menurut sebagian ahli analog dengan jaringan vegetatif (nonreproduktis) pad gametofit. Struktur vestigial (sisa) semacam itu merupakan bagian dari rantai penghubung dengan organisme-organisme nenek moyang. Dibagian tengah kantung embrio, terdapat dua nukleuspolar, yang dinamai demikian karena masing-masing timbul di kutub-kutub yang berlawanan dan bermigrasi kebagian tengah. Nukleus polar dengan cepat berfusi, menghasilkan nukleus endosperma diploid yang terletak ditengah. Pada saat itu, ovul atau lebih tepatnya kantung embrio telah siap untuk fertilisasi.
Sekarang mari kita bahas serbuk sari (pollen grain), mikrospora haploid yang berkembang didalam kantung anter pada stamen. Begitu diangkut ke stigma, polen yang telah mengalami pembelahan nukleus akan memanjang menjadi tabung pollen (pollen tube, yang merupakan gametifit jantan) dan tumbuh menuruni stilus (batang pistil) kearah mikropil. Nukleus paling depan disebut nukleus tabung (tube nukleus) dan tampak seperti membimbing arah tabung yang sedang memanjang. Nukleus yang mengikutinya adalah nukleus generatif, yang membelah menjadi dua nukleus sperma. Begitu tabung pollen mencapai kantung embrio, terjadi fertilisasi ganda : salah satu nukleus sperma bergabung dengan nukleus sel telur dan menghasilkan zigot. Nukleus sperma kedua bergabung dengan nukleus endosperma diploid dan menghasilkan sel  triploid, yang tumbuh kedalam endopsrema yang merupakan cadangan makanan biji.
Walaupun endosperma juga berkembang dalam gimnosperma (timbuhan biji tak berbunga), fertilisasi ganda hanya ditemukan pada angiosperma. Harus ditekankan bahwa pola reproduktif tumbuhan biji sepenuhnya tidak tergantung pada lingkungan air, dalam hal proses fertilisasi dalam perkembangan lebih lanjut embrio dalam biji yang tersegel.
Setelah fertilisasi, ovul tumbuh  dewasa menjadi biji. Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan didalamnya mengandung calon individu baru, yaitu lembaga (embryo ). Lembaga akan terjadi setelah penyerbukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan. Biji ( semen ) adalah bakal biji ( ovulum ) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.















Gambar 2.4 : Fertilisasi ganda pada Angiospermae.


Biji berkembang dari bakal biji yang di buahi. Pada Angiospermae terjadi pembuahan ganda megagametofit (kantung embrio) yang sudah siap di buahi. Pada pembuahan ganda itu sel telur dibuahi oleh sel sperma, dan inti endosperm sekunder (yang merupakan peleburan dua inti kutub yang berhimpun di tengah kantung embrio) dibuahi oleh sperma sel yang lain. Pembuahan sel telur oleh sel sperma menghasilkan zigot yang membelah-belah lebih lanjut sampai membentuk embrio. Biji masak terdiri dari tiga bagian: embrio dan endosperm (keduanya hasil pembuahan ganda), serta kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal biji, termasuk kedua integumennya.
Gambar 2.5 : Bagian biji yang sudah masak
sumber : Ludmilla, 2009
3.        Embriogenesis pada Dikotil (Capsella bursa pastoris)
Telur yang sudah difertilisasi disebut zigot. Zigot membelah asimetris membentuk sel terminal (apikal) yang kecil dan sel basal lebih besar. Sel terminal selanjutnya berkembang menjadi embrio, sedangkan sel basal selanjutnya membelah melintang membentuk suspensor. Sel terminal membelah memanjang membentuk proembrio tetrad. Suspensor membelah melintang beberapa kali. Sel apikal membelah vertikal dengan bidang pembelahan tegak lurus bidang pertama, pada tahap ini proembrio berada pada tahap kuadran. Setiap sel kuadran membelah melintang menghasilkan stadium oktan. Setiap oktan membelah periklinal menghasilkan protoderm di sebelah luar yang akan berdiferensiasi menjadi epidermis. Sel sebelah dalam akan membentuk meristem dasar, sistem prokambium, hipokotil . Pada tahap ini proembrio berada pada tahap globular. Embrio tahap globular kemudian mengalami pendataran dibagian apeks, pada tahap ini embrio pada tahap jantung.

Gambar 3.1 : Embriogenesis Capsella bursa pastoris
Sumber : Estiti B.Hidayat-Institut Teknologi Bandung
Anatomi Tumbuhan Berbiji

Pada ke dua sisi embrio tahap jantung akan membelah lebih cepat dibandingkan bagian tengah sehingga membentuk embrio tahap torpedo. Pemanjangan ini terus terjadi membentuk embrio tahap kotiledon Suspensor membantu embrio masuk kedalam endosperm untuk mendapatkan makanan. Embrio tahap kotiledon yang terus tumbuh akan melengkung didalam ovulum. Disini dapat dilihat suspensor sudah mengecil.
Gambar 3.2 : Embrio tahap Kotiledon pada Capsella bursa pastoris
Sumber : Estiti B.Hidayat-Institut Teknologi Bandung
Anatomi Tumbuhan Berbiji.
4.        Embriogenesis pada monokotil (Najas)
Perkembangan embrio pada monokotil yang lengkap dapat dilihat pada Najas. Zigot membelahan melintang yang asimetris membentuk sel apikal yang kecil dan sel basal yang besar. Sel basal membesar tanpa membelah membentuk haustorium sel tunggal. Seluruh embrio berasal dari sel apikal. Sel aoikal membelah melintang menjadi 2 sel (c dan d). Sel d membelah melintang (m dan ci) membentuk embrio tahap 4 sel (tetrad) yang linier. Pada sel c dan m terjadi dua kali pembelahan vertikal membentuk 2 deret sel masing-masing 4 buah sel. Bagian q terdiri dari 4 sel yang disebut quadran. Quadran q membelah perklinal membentuk 4 sel luar bakal dermatogen mengelilingi 4 sel aksial. Sel pada deret m membelah vertikal dan memanjang, kemudian membentuk proembrio tahap globular. Proembrio menjadi berbentuk oval, bagian tengah mebentuk pemula plerom. Pada bagian q terjadi pembelahan yang lebih cepat dari sel disebelahnya, yang mengubah kesimetrisan pada proembrio. Pertumbuahn yang cepat pada deret q membentuk kotiledon tunggal. Sisi yang lain pertumbuhannya lambat, dan tumbuh menjadi pemula epikotil/ initial apeks.

Gambar 4.1: Embriogenesis pada Najas
Sumber : Handout Embriogenesis_pdf

IV.                   Pola Pembentukan Zigot Dari Embrio Dewasa

Embrio zigotik berkembang dalam sakfrom embrio ovula dibuahi pada tanaman induk sesuai dengan pola teratur. Embriogenesis di semua tanaman berbunga lebih atau kurang mirip, meskipun bibit tanaman monocotyledon dan dikotil berbeda dalam penampilan mereka dan konstruksi. Perbedaan utama antara keduanya terletak di presenceof satu atau dua kotiledon mengapit SAM masa depan. Fertilisasi ganda menghasilkan zigot diploid dan endospermatriploid. Endosperm mengalami serangkaian peristiwa perkembangan dan menyediakan nutrisi untuk embrio berkembang (Lopes dan Larkin, 1993) sementara zigot membagi beberapa kali untuk menimbulkan embrio. Generasi embrio dari satu sel membutuhkan sp`acially dikoordinasikan akuisisi identitas sel banyak.
Embriogenesis dapat dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah salah satu morfogenesis di mana sumbu kutub dan pola radial dari tubuh tanaman didefinisikan denganspesifikasi domain akar puncak, jaringan embrio dan organ terbentuk. Tahap kedua adalah salahsatu pematangan embrio, melainkan ditandai oleh akumulasi bahan penyimpanan. Selama fase akhir, embrio menjadi kering dan memasuki masa penangkapan perkembangan. Awalnya zigot membentuk sebuah polaritas awal, dengan distribusi yang tidak merata sitoplasma dan vakuola(Schulz dan Jensen, 1968), dan memanjang di sumbu micropylarchalazal, mendirikan sumbuapikal-basal embrio masa depan. Ini bertepatan dengan  reorientasi mikrotubulus untuk  arraykortikal melintang (Webb dan Gunning, 1991). Pembagian pertama adalah pembelahan sel yangtidak sama menghasilkan dua sel dari nasib perkembangan yang berbeda: sel apikal kecil dan jarang vacuolated yang menimbulkan sebagian besar embrio yang tepat dan sel basal lebih besardan vacuolated yang berkembang ke hipofisis dan suspensor tersebut. Beberapa jenis embrio,menurut kurang lebih pola pembelahan variabel, telah ditinjau oleh Mordhorst dkk. (1997) tetapisebagian besar jenis berkembang melalui tahap-tahap yang sama morfologi stereotip globular, jantung dan torpedo (Pollock dan Jensen, 1964).Selama fase ketiga (pematangan), makromolekul penyimpanan menumpuk di sebagianbesar sel, merangsang peningkatan pesat dalam massa dan ukuran embrio dan, dalam embriogenesis, embrio juga memperoleh kemampuan untuk menahan pengeringan danmasukkan ketenangan metabolisme sampai mereka menemukan menguntungkan kondisi untuk perkecambahan. Selama keadaan diam, sel-sel meristem apikal telah ditemukan di G1 dari siklus sel (Rembur, 1972) sedangkan sel-sel tubuh utama dari embrio dapat menampilkan poliploidi lebih atau kurang menonjol (NAGL, 1979).

Gambar  IV : Biji salak pondoh   muda dan tua sebagai sumber
eksplan embrio zigotik; (a) biji dan embrio muda (putih), (b)
biji dan embrio tua (cokelat), (c) embrio bagian atas dan bawah,
(d)  tonjolan  bakal  tunas  pada  kalus  hasil  induksi,  (e)  bakal
Sumber: http://repository.ipb.ac.id

V.                   Contoh Embriogenesis Zigotik
Pada Tanaman Kedelai, Untuk mengamati tahap perkembangan embrio zigotik tanaman kedelai [Glycine max (L.) Merr.] yang berasal dari bunga kasmogamus dan kleistogamus pada umur yang sama serta untuk menentukan formulasi embrionik dan tipe perkembangan embrio zigotik. Agar diperoleh tahap perkembangan embrio secara lengkap dilakukan pengamatan terhadap irisan membu jur dan melintang bakal biji maupun biji pada berbagai stadium perkembangan bunga dan polong dari kedua kelompok bunga tersebut di atas. Pembuatan irisan dengan menggunakan metoda parafin.
Berdasarkan hasil pengamatan, embrio zigotik kedelai dari kelompok kasmogamus dan kleistogamus mempunyai tahap perkembangan yang sama. Tipe perkembangan embrio zigotik tanaman kedelai mengikuti Variasi Trifolium dari Tipe Onagrad. Formulasi embrionik dapat menunjukkan hubungan antara masing-masing sel dengan sel-sel yang lain selama segmentasi dengan memperhatikan asal jumlah disposisi dan fungsinya.













BAB III
KESIMPULAN
Embrigenesis zigotik adalah perkembangan embrio lengkap dari penyatuan gamet jantan dan gamet betina. Apabila dikembangkan dalam kultur jaringan maka akan mengalami perkembangan melalui tahapan oktan, globular, awal hati, hati, torpedo, dewasa. Embriogenesis zigotik merupakan suatu proses dimana sel somatik berkembang membentuk tumbuhan baru melalui fusi gamet (pembuahan).
Embrio zigotik terbentuk dari sebuah zigot yang dihasilkan dari peleburan telur, sedangkan non-embrio zigotik terbentuk dari sel selain zigot misalnya embrio somatik yang terbentuk dari sel somatik baik in vivo atau in vitro. Embrio zigotik berkembang dalam sakfrom embrio ovula dibuahi pada tanaman induk sesuai dengan pola teratur. Embriogenesis di semua tanaman berbunga lebih atau kurang mirip, meskipun bibit tanaman monocotyledon dan dikotil berbeda dalam penampilan mereka dan konstruksi. Perbedaan utama antara keduanya terletak di presenceof satu atau dua kotiledon mengapit SAM masa depan. Fertilisasi ganda menghasilkan zigot diploid dan endospermatriploid. Endosperm mengalami serangkaian peristiwa perkembangan dan menyediakan nutrisi untuk embrio berkembang.
Berdasarkan hasil pengamatan, embrio zigotik kedelai dari kelompok kasmogamus dan kleistogamus mempunyai tahap perkembangan yang sama. Tipe perkembangan embrio zigotik tanaman kedelai mengikuti Variasi Trifolium dari Tipe Onagrad. Formulasi embrionik dapat menunjukkan hubungan antara masing-masing sel dengan sel-sel yang lain selama segmentasi dengan memperhatikan asal jumlah disposisi dan fungsinya.




DAFTAR PUSTAKA
B.hidayat,Estiti.1995.Anatomi tumbuhan berbiji.ITB:Bandung.
Campbell, Neil A et al. 2004. BIOLOGI EDISI KELIMA JILID III. Jakarta: Erlangga.

Kusuma, Chandra. KAMUS LENGKAP BIOLOGI. Surabaya: Fajar Mulya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Adaptasi.
file:///H:/Makalah-Kuljar-Bab-8.htm