BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan,
perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang
secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah
"hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan dan
sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit
di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa
hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar,
misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem
individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa
Inggris plant growth regulator).
Pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar
tumbuhan. Faktor dalam adalah semua faktor yang terdapat dalam tubuh tumbuhan
antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon. Gen berfungsi
mengatur sintesis enzim untuk mengendalikan proses kimia dalam sel. Hal ini
yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, hormon merupakan
senyawa organik tumbuhan yang mampu menimbulkan respon fisiologi pada tumbuhan.
.
Hormon yang telah kita pelajari sejauh ini yaitu
auksin,sitokinin dan giberelin, umumnya merangsang pertumbuhan
tumbuhan.sebaliknya, terdapat masa pada kehidupan tumbuhan yang sangat
menguntungkan apabila tumbuhan memperlambat pertumbuhan dan mengambil suatu
keadaan dorman (istirahat). Yaitu Hormon asam absisat, Hormon asam abisat
(Abscisic acid, ABA), yang dihasilkan pada tunas terminal, akan memperlambat
pertumbuhan dan mengarahkan primordial daun untuk berkembang menjadi sisik yang
akan melindungi tunas yang dorman pada musim dingin. Hormon tersebut juga
menghambat pembelahan sel kambium pembuluh. Dengan demikian untuk mengetahui
lebih jelas mengenai hormon asam absisat kami dalam pembuatan makalah ini membahas
tentang hormon asam absisat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dan struktur hormon asam
absisat ?
2.
Bagaimana proses biosintesis dan
metabolisme dari hormon asam absisat?
3.
Bagaimana cara kerja hormon asam absisat
?
4.
Apa saja peranan hormon asam absisat ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dan struktur
dari hormon asam absisat
2.
Untuk mengetahui proses biosintesis dan
metabolisme dari hormon asam absisat.
3.
Untuk mengetahui cara kerja pada hormon
asam absisat.
4.
Untuk mengetahui peranan dari hormon
asam absisat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian asam Absisat (ABA)
Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom
karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh
tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini
ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa absisin I dan II dari
tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat,
disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang
masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan
penelitian terhadap hormon tersebut.Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA
yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut
merupakan inhibitor B –kompleks. Senyawa
ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi.
Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa
yang sama yaitu asam absisat (ABA). Peneliti tersebut yaitu
Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan
Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992). Menurut
Salisbury dan Ross (1995) ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang
disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalona zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam
tanaman disebut juga hormon tanaman. Hormon tanaman yang dianggap
sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami
berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA. Keadaan rawan tersebut
antara lain kurang air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas.
ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
Menurut Crellman (1989)
biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung
melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid.
ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan giberelin yaitu dapat
diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar
berkas pembuluh.
1)
Struktur
Asam Absisat ( ABA ) :
Gambar : 2.1 struktur
asam absisat (ABA)
B.
Biosintesis
dan Metabolisme Asam Absisat
Biosintesis ABA pada sebagian besar ( mungkin semua)
tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid ( ditelaah
oleh Zeevaart dan Creelman, 1988, dan oleh Creelman 1989). Bukti yang
lebih muktahir mengenai proses ini berasal dari hasil peneltian yang
dilakukan oleh dua kelompok peneliti yang giat, yaitu pimpinan Jan AD Zeevaart di Michigan State University
of New York di Syracuse. Kloroplas daun mengandung karatoneid yang menjadi
bahan dasar ABA, sementara diakar, buah, embrio biji, serta bagian tumbuhan
tertentu lainnya, karatoneid penting berada di kromoplas lain, leukoplas, atau
proplastid. Hanya beberapa reaksi saja dalam lintasan, dari karatoneid menjadi
ABA , yang telah berhasil dikenali namun lintasan semua reaksi yang membentuk
xantoksin mungkin berlangsung di plastid, tapi tahap berikutnya mungkin terjadi
di suatu tempat di sitosol.
Metabolisme ada dua jalur yang dapat ditempuh untuk menghasilkan ABA,
yaitu jalur asam mevalonat (MVA) dan jalur metileritritol fosfat (MEP). Secara
tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi
xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA.
Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat.7
Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat.7
C.
Cara
kerja Asam Absisat
Cara kerja dari asam
absisat ini seperti merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air,
mempertahankan dormansi dan biasanya terdapat di daun, batang, akar, buah
berwarna hijau. Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik di xilem maupun
floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun. Transportasi ABA dari floem menuju
ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi). Pada tumbuhan
tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya. Daun muda
memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber
dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.
Daun dan buah pada tumbuhan dapat menjadi rontok karena
adanya pengaruh kerja hormon Asam Absisat (ABA). hormon ini menghambat
pertumbuhan dan pembelahan sel. karena itu, jika hormon ini bekerja, proses yag
terjadi di dalam sel akan berkurang dan kelamaan akan berhenti. berhentinya
aktivitas sel, berarti juga berhentinya asupan nutrisi ke dalam sel tumbuhan
tersebut, sehingga, bagian tumbuhan seperti daun akan kekurangan nutrisi, dan
kering karena penguapan terus terjadi, namun tidak ada asupan air, dan kelamaan
daun akan rontok.
Hormon ini dapat
menutup stomata pada daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan
menyebabkan sel turgor. Akibatnya, cairan tanaman hilang yang disebabkan oleh
transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tanaman dengan membentuk
lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi
pengambilan air melalui akar. Selain
untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan
dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi. Peningkatan
konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi
pada akar.. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan
primer dan sekunder. Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan
memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik
yang berfungsi melindungi tunas
dorman selama musim dingin. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium
pembuluh.
D.
Peranan Hormon Asam Absisat
Asam
absisat berperan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji. Dalam keadaan
dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas
fisiologis berhenti sementara. Proses dormansi biji ini penting untuk menjaga
agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki. Hal ini
terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwi musim yang
bijinya memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas
panjang. Tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah
di musim yang diinginkan.
1.
Peranan Asam absisat , kondisi cekaman lingkungan
ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi
cekaman lingkungan, seperti kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata
pada epidermis daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan
turgor sel4. Akibatnya, kehilangan cairan tanaman yang disebabkan
oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan
air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan
lilin. Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar.
Selain untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi
lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi.
Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam
yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan
pertumbuhan primer dan sekunder Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini
akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi
sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin. ABA juga akan
menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
2.
Peranan Asam absisat dan pengguguran
Gambar : 2.2 pengguguran daun
Peranan ABA dalam menyebabkan gugur daun, bunga dan
buah masih dipertentangkan. Para penilai mengevaluasi data yang sudah diterbitkan,
dari berbagai sudut pandang Addicot (1983) melakukan penelitian yang serius
untuk membuktikan peranan penting etilen. Milborrow (1984) menyimpulkan bahwa
ABA eksogen menyebabkan pengguran, tapi kurang efektif dibandingkan dengan
etilen eksogen. Belum lama ini, Osborre (1989) menelaah efek etilen dan ABA
pada proses pengguran dan menyimpulkan bahwa
ABA mungkin tidak berperan langsung, sebaliknya ABA bekerja secara tak
langsung dengan menyebabkan penuaan premature pada sel organ yang akan gugur,
dan itu mendorong naiknya produksi etilen. Menurut Osborne, etinlah, bukan ABA,
yang jelas mengawali proses pengguran sebenarya.
3. Peranan efek
Asam absisat pada dormansi
Hasil awal penelitian Wareing dan beberapa kawan nya
yang telah menuntun kearah penemuan
dormin (ABA) memperlihatkan bahwa senyawa ini meningkat tajam pada daun dan
kuncup, yaitu saat dormansi kuncup terjadi ketika hari mulai pendek diakhir musim panas. Mereka juga menemukan bahwa pemberian ABA
langsung pada kuncup yang tidak dorman dapat menyebabkan dormansi, Pengamatan
itu menunjukan bahwa ABA adalah hormone-dormansi kuncup, yang disintesis di
daun yang mampu mengenali panjang hari dan dipindahkan kekuncup untuk
menginduksi dormansi. Tapi, penelitian lanjutan dengan tumbuhan berkayu lainnya
menyangkal peranan hormon yang demikian itu.
Barangkali, penelitian yang paling myakinkan adalah
bahwa pemberian ABA langsung pada kuncup dapat memperlambat atau menghentikan
pertumbuhan, dan tidak menyebabkan perkembangan sisik kuncup dan ciri lain pada
kuncup dorman. Hasil penelitian lain dengan menggunakan ABA bertanda 14C menunjukan
bahwa ABA dalam jumlah kecil bergerak dari daun ke kuncup saat dormansi mulai.
Selanjutnya, perlakuan hari pendek yang menginduksi dormansi pada berbagai
spesies tidak menyebabkan naiknya tingkat ABA pada kuncup beberapa spesies.
Dalam dua dasawarsa ini telah dilakukan banyak
kajian mengenai kemungkinan pentingnya ABA dalam menyebabkan dormansi biji
(diulas oleh Bewley dan Black, 1982 serta oleh Berrie 1984). ABA eksogen
merupakan penghambat kuat bagi perkecambahan biji banyak spesies. Selanjutnya,
beberapa kajian menunjukn bahwa tingkat ABA menurun di sel biji, ketika
dormansi berakhir oleh suatu cahaya atau suhu rendah, kajian lain terhadap
spesies lain tidak menunjukan penurunan seperti itu.
Gambar : 2.3 Dormansi
biji
Sumber : http://cecisuss26.blogspot.com/2011/12/1.html
4.
Peranan ABA , menginduksi penutupan stomata
Pentingnya
peranan ABA sebagai hormone yang menekan pertumbuhan dikemukakan untuk pertama
kali oleh STC Wright dan RWP Hiron di Wye Colleg, London University, pada tahun
1969. Mereka menemukan bahwa kandungan ABA dalam daun gandum meningkat 40 kali
lipat dalam setengah jam pertama masa pelayuan. Banyak peneliti kemudian
memperlihatkan bahwa pemberian ABA pada daun akan menyebabkan penutupan stomata
pada banyak spesies. Stomata akan tetap tertutup, dalam keadaan terang atau
gelap selama beberapa hari, yang barangkali tergantung pada lamanya waktu yang
telah dibutuhkan oleh tumbuhan tersebut untuk memetabolismekan ABA (ditelaah
oleh Raschke, 1987).
Kandungan
Aba dalam daun monokotil dan dikotil meningkat beberapa kali lipat jika daun
mengalami keadaan rawan air, baik daun tersebut dipisahkan dari akarnya maupun
dibiarkan utuh. Baru-baru ini telah dimungkinkan untuk mengukur konsentrasi ABA
dalam sel penjaga saja, dengan menggunakan sel yang dipisahkan dan prosedur
uji-imun yang berkaitan dengan enzim (Harris dan Outlaw, 1990). Keadaan rawan
air meningkatkan kandungan ABA paling sedikit 20 kali lipat, sampai 8 femtogram
per sel (1 fg = 10-15 g). diketahui pula bahwa akar yang mengalami
rawan air juga membentuk ABA lebih banyak dan bahwa ABA ini diangkat melalui
xylem menuju daun, untuk menutup stomata.
kini
terbukti bahwa ABA yang dipasok oleh akar sebagian berasal dari ujung akar
dangkal yang mengalami rawan air dan bahwa ABA berlaku sebagai isyarat bagi
daun apabila air tanah mulai habis (Davies dan Mansfield, 1988; Zhang dan
Davies, 1989). Stomata menutup sebagai responsnya terhadap ABA yang berasal
dari daun atau akar, sehingga terlindung dari kekeringan. Tentu saja, karena
fotosintesis hampir berhenti, pertumbuhan tajuk terhambat (untuk mengurangi
hilangnya air lebih lanjut), tapi pertumbuhan akar yang lebih dalam dapat
berlanjut sampai merekapun menjadi kering. ABA menyebabkan stomata menutup
dengan cara menghambat pompa proton yang kerjanya bergantung pada ATP di
membrane plasma sel penjaga, sehingga menyebabkan terjadinya aliran masuk cepat
dan penimbunan K+, kemudian terjadi penyerapan air secara osmotic serta
pembukaan stomata. Tapi, ABA yang bekerja diruang-bebas pada permukaan luar
membrane plasma sel penjaga membatasi masuknya K+, sehingga K+ dan
air merembas keluar, turgor berkurang dan stomata menutup.
Gambar : 2.4 pengaruh ABA pada
penutupan stomata
Sumber
: http://20de.wordpress.com/2012/01/12/pengaruh-asam-absisat-pada-stomata/
Bagaimana
sesungguhnya keadaan rawan air bisa menyebabkan ABA dihasilkan di daun, sudah
diteliti dengan cukup cermat. Tampaknya, hilangnya turgor, bukan potensial osmotic
yang semakin negative, merupakan isyarat utamanya (ditelaah oleh Zeevaart dan
Greelman, 1988). Kehilangan turgor ini barangkali menyebabkan munculnya isyarat
tak dikenal dari membrane plasma untuk mengaktifkan beberapa gen inti tertentu
yang kemudian mendorong sintesis ABA. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa membrane plasmalah yang member respons terhadap penurunan turgor dan
bahwa hal itu terjadi dengan cara mengangkat Ca2+ ke dalam sel
dengan laju yang lebih cepat (Lynch dkk, 1989). Ulasan Owen (1988) dan dari
Skriver dan Mundy (1990) secara logis mengemukakan bahwa Ca2+ dan
tosfoinositol kemudian bekerja dalam rantai tranduksi-isyaratuntuk mengaktifkan
gen yang diperlukan untuk mensintesis ABA. Selanjutnya, Ca2+ dan
tosfoinositol tampaknya juga terlihat dalam peranan
ABA saat senyawa itu menyebabkan penutupan stomata dengan cepat, namun
disini pengaktifkan gen tidak terjadi.
Penelitian
dengan menggunakan beberapa mutan yang tak mampu membentuk ABA dalam jumlah
cukup (mutan sintesis ABA) menunjukan bahwa beberapa gen dan enzim diperlukan untuk mensintesis ABA (ditelaah
oleh Zeevaart dan Creelman, 1988 dan Skriver
serta Mundy, 1990; baca juga Walker-Simmons dkk, 1989). Hambatan untuk
mensintesis pada mutan jelas terletak
pada ketidakmampuan mengubah ABA aldehid
mrnjadi ABA (Duckmah dkk, 1989). Tiga mutan jagung kahat ABA memiliki hambatan
dalam biosintesis karotenoid; mutan tersebut albino, yang tak mempunyai
sintesis perlindungan terhadap fotooksidasi klorofil. Mutan willy (wil) pada kapri dan mutan Ambidopsis (aba) masing-masing mempunyai
tingkat ABA yang rendah, namun tahapan dalam sintesis ABA yang terpengaruh
belum dapat dikenali. Ketiga mutan pada tomat dan mutan droopy pada kentang akan layu bila mengalami rawan air yang ringan
sekalipun, sebab ABA yang sedikit itu menyebabkan penutupan stomata, siang
maupun malam; bila daun mutan ini disemprot dengan ABA, pelayuan dapat
dikurangi.
5.
Peranan ABA,
pelindung terhadap keadaan rawan garam dan rawan dingin
Kini terdapat banyak
sekli bukti yang menunjukkan bahwa tingkat ABA naik bukan saja ketika tumbuhan
mengalami tekanan akibat pasokan air yang tak mencukupi, tapi juga akibat tanah
yang beragam, suhu dingin, suhu beku, dan pada beberapa spesies, akibat suhu
tinggi. Pada sebagian besar (mungkin
semua) contoh ini, keadaan yang sering terjadi adalah kekahatan air dalam
protoplas. Telah disebutkan diatas bahwa rawan air menyebabkan hilangnya turgor
dan ini mengaktifkan gen yang mengatur sintesis ABA. Barangkali keadaan rawan
lainnya juga mendorong sintesis ABA melalui efeknya pada transkripsi. Pada
banyak kasus, pemberian ABA dapat juga mengurangi reaksi tumbuhan terhadap
factor rawan. Contohnya, ABA “memperkuat” tumbuhan dalam menghadapi kerusakan
akibat suhu beku (ditelaah oleh Guy, 1990 dan oleh tanino dkk, 1990) dan akibat
kelebihan garam (ditelaah oleh Skriver dan Mundy 1990).
Dalam salah satu
kajian yang paling cermat terhadap rawan garam Ray A Berssan, Paul M Hasegawa,
dan beberapa kawan mereka di Purdue University menguji peranan garam (NaCl) dan ABA pada biakan sel tembakau dan
tumbuhan utuhnya (baca misalnya, Singh dkk, 1987; Hasegawa dkk 1987; Iraki dkk,
1989; Scnapp dkk, 1990). Rawan garam menyebabkan terbentuknya beberapa protein
baru, khususnya protein berbobot molekul rendah bernama osmotin, yang tertimbun banyak sekali dan diduga membantu
melindungi diri dari keadaan rawan. Osmotin juga terbentuk pada spesies lain,
ketika mengalami rawan garam. Pada tembakau, rawan garam dan ABA mendorong
pembentukan osmotin melalui efeknya pada transkripsi. Garam dibutuhkan untuk
mempertahankan sintesis osmotin, tapi dengan adanya ABA eksogen dan tak ada
garam, tingkat osmotin tinggi itu hanya berlangsung sebentar. Akan sangat
menyenangkan mempelajari cara ABA dan protein seperti osmotin melindungi sel
dari keadaan rawan garam, jika benar protein tersebut bersifat melindungi.
6.
Peranan efek ABA
pada perkembangan embrio dalam biji
Perkembangan embrio sesudah penyerbukan
telah banyak sekali diteliti dengan cara mengambil embrio yang belum matang dan
menumbuhkannya dalam biakan jaringan. Efek hormone dan genetic pada
perkembangan embrio ditelaah oleh Quatrano (1987), Skriver dan Mandy (1990),
serta Bewley dan Marens (1990). Perkembangan embrio dapat dibagi menjadi tiga
tahap utama: mitosis dan diferensial sel; pembesaran sel dan penimbunan
cadangan makanan (protein, lemak, pati dan sebagainya); dan pematangan, yaitu
mana biji mongering dan memasuki keadaan istirahat atau dorman. Jika embrio
berbagai spesies diambil dari tumbuhan induknya pada umur setengah matang, dan
dibiakkan invitro, embrio tersebut mampu berkecambah serta berkembang menjadi kecambah. Lalu,
timbul pertanyaan yang menarik, apa yang menyebabkan embrio tak mampu
berkecambah dalam buahnya yang lembab pada tumbuhan induk (seperti vivipar)
sebelum embrio itu mulai mongering dan matang. Ada pendekatan yang telah
digunakan untuk menguji keterlibatan ABA:
1.
Mengukur efek ABA eksogen terhadap
perkecambahan dan pertumbuhan biakan embrio.
2.
Menentukan tingkat ABA endogen pada
beberapa selang waktu selama masa perkembangan
3.
Mengkaji tingkat ABA dalam biji vivipari
jagung dan pada muatan sintesis ABA jagung, Arabidopsis yang mempunyai tingkat
ABA sangat rendah diseluruh bagian tumbuhan.
Selain
peranan yang diatas tadi terdapat peranan dari asam absisat yang lain, yaitu :
1.
Mempengaruhi
pembungaan tanaman
2.
Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian
3.
Memacu
pengguguran daun pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan air
4.
Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk
menghasilkan gas etilen
5.
Menghambat pembelahan sel kambium
pembuluh.
6.
Mengurangi
kecepatan pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal
juga dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien),
baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar
sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol
per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan (taksis) tumbuhan.
Asam absisat adalah molekul
seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon
tumbuhan yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dengasn cara
tertentu.
Jati adalah sejenis pohon penghasil
kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi
30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan
nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India
selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.
Cara kerja dari asam absisat ini
seperti merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air dan ABA akan
menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder.
Fungsi asam absisat, yaitu:
Menghambat perkecambahan biji, Mempengaruhi pembungaan tanaman, Memperpanjang masa
dormansi umbi-umbian, Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi,
untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan,
untuk menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas
yang tinggi, menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
Asam absisat memiliki hubungan dengan
hormone tumbuhan lainnya, contohnya hormone giberelin. Dimana hormon-hormon ini
saling menguntungkan di kondisi lingkungan yang berbeda namun sama-sama dalam
tahap mempetahankan tumbuh tumbuhan tersebut.
Pengguguran daun yang dilakukan oleh
hormon asam absisat ketika terjadi kekeringan. Telah kita ketahui fungsi dan
cara kerja dari asam absisat tersebut beserta kegunaannya. Begitu pula yang
terjadi pada pohon jati. Daun pohon jati akan tumbuh kembali ketika musim
hujan.
B.
SARAN
Kepada para pembaca kalau ingin lebih mengetahui
tentang bahasan ini bisa membaca buku atau melihat situs internet yang memuat
tentang fitohormon Asam absisat . Dan saran yang bermanfaat bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury,
Frank B. dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung :
ITB
http://biologigonz.blogspot.com/2012/08/absisat-acid-aba-asam-absisat.html
http://cecisuss26.blogspot.com/2011/12/1.html http://blog.uad.ac.id/fitaliapbio/ http://biologigonz.blogspot.com/2009/12/peran-hormon-tumbuhan.html http://www.elbirtus.info/2012/07/asam-absisat-pengertian-fungsi-pengaruh.html
http//blog.uinmalang.ac.id/bettie/2011/03/11/anatomi-daun-dikotil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar