BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan adalah sintesis protolasma, biasannya diikuti oleh
perubahan bentuk dan penambahan massa yang dapat lebih besar dari penambahan
plasma itu. Selain perubahan bentuk, perubahan juga menyebabkan terjadinya perubahan
aktivitas fisiologis, susunan biokimianya serta struktur dalamnya. Proses ini
dinamakan diferensiasi. Diferensiasi itu terjadi sebagai akibat perbedaan dalam
pertambahan plasmanya, jenis organelnya, arah pembentangannya, pembentukan
dinding selnya, kematian protoplasmanya dan seterusnya. Keseluruhan proses ini
menyebabkan terjadinya perkembangan.
Perkembangan dapat didefinisikan sebagai suatu
perubahan teratur dan berkembang, seringkali menuju suatu keadaan yang lebih
tinggi, lebih teratur atau lebih kompleks atau
dapat pula dikatakan sebagai suatu seri perubahan pada organisme yang terjadi
selama daur hidupnya yang meliputi pertumbuhan dan diferensiasi. Perkembangan
dapat terjadi tanpa pertumbuhan dan demikian pula halnya pertumbuhan dapat terjadi
tanpa perkembangan, tetapi kedua proses ini
sering bergabung dalam satu proses. Perkembangan
mewujudkan perubahan dan perubahan-perubahan tersebut
dapat berjalan secara bertahap atau berjalan sangat cepat. Pada perkembangan tidak hanya perubahan kuantitatif, tetapi juga
menyangkut perubahan kualitatif di antara sel,
jaringan dan organ yang disebut diferensiasi. Peristiwa perkembangan yang yang
penting seperti perkecambahan, perbungaan atau penuaan (senescence)
menghasilkan perubahan yang mendadak di dalam
kehidupan atau pola pertumbuhan. Proses-proses perkembangan lainnya berlangsung
terus secara lambat atau bertahap selama
separuh atau selama hidup tumbuhan. Mengatur (Control) pertumbuhan tanaman ialah
suatu bentuk tindakan terhadap tanaman, untuk mengatur segala bentuk
pertumbuhannya sesuai dengan yang dikehendaki. Perlakuan untuk mengatur
pertumbuhan tanaman dapat diatur pertumbuhannya sesuai dengan keinginan kita
pengaturan perkembangan pertumbuhan ini dapat dilakukan secara fisisk, kimia,
biologi dan penggunaan zat pengatur tumbuh serta pengontrolan lingkungan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini secara khusus akan membahas
permasalahan :
1. Apa saja pengontrolan pada perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan?
2. Apa saja tingkat kinerja pengontrolan?
3. Bagaimana tingkat kerja pengontrolan pada tingkt genetik?
4. Bagaimana tingkat kerja pengontrolan pada tingkat sel?
5. Bagaimana tingkat kerja pengontrolan pada tingkat biokimia?
6. Bagaimana tingkat kerja pengontrolan pada tingkat organisme?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penulisan makalah ini bertujuan untuk
:
1.
Mengetahui macam-macam pengontrolan pada perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan.
2.
Mengetahui macam-macam
tingkat kerja pengontrolan.
3.
Mengetahui tingkat
kerja pad tingkat genetik.
4.
Mengetahui tingkat
kerja pengontrolan pada tingkat sel.
5.
Mengetahui tingkat
kerja pengontrolan pada tingkat biokimia.
6.
Mengetahui tingkat
kerja pengontrolan pada tingkat organisme.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Macam-macam Pengontrolan
Perkembangan dan Pertumbuhan
2.1.1
Pengontrolan
Genetik.
Setiap
sel hidup yang berada dalam tumbuhan akan memperoleh kelengkapan
genetik yang diturunkan oleh induknya dan merupakan sumber informasi
untuk melaksanakan kegiatan pertumbuhan dan perkembangan. Sumber
informasi ini berada di dalam inti sel (nukleus) dan sitoplasma yang terdapat
pada kloroplas
dan mitokondria. Setiap sel hidup pada tumbuhan menerima kelengkapan
informasi genetik yang asli, yang diterimanya pada waktu proses pembelahan sel
terjadi.
Informasi
genetik yang tepat perlu diterima oleh setiap sel pada saat pembelahan
sel terjadi, sehingga setiap organ pada tumbuhan dapat berkembang pada jalurnya
yang tepat. Dalam perjalanan proses perkembangan menuju terbentuknya suatu
individu tumbuhan yang utuh dan lengkap, setiap informasi yang tidak relevan atau tidak
penting dengan arah perkembangannya, akan ditahan atau disimpan atau dengan
kata lain tidak akan digunakan. Di dalam pemanfaatan informasi ini
dalam kaitannya dengan proses perkembangan, akan menyangkut proses pengaktifan
gen yang selanjutnya akan melakukan transkripsi mRNA. Pada mRNA yang
diturunkan dari DNA pada gen ini, telah terpolakan susunan asam amino yang
akan membentuk
protein enzim tertentu, yang selanjutnya akan digunakan dalam kegiatan
metabolisme dalam sel yang sesuai dengan arah perkembangannya. Proses pengaktifan gen-gen di dalam
sel tersebut harus berjalan dalam urutan yang tepat artinya setiap tahap
pengaktifan akan merupakan prasyarat untuk pengaktifan berikutnya.
Secara umum, bagaimana mekanisme proses pengaktifan
tersebut dilaksanakan, telah diusulkan oleh ilmuwan Prancis F. Jacob dan J.
Monod seperti
terlihat pada Gambar 2.1 berikut.
Gambar
2.1 Mekanisme Proses Pengaktifan Gen
Jacob
dan Monod menggambarkan mekanisme pengontrolan sintesis protein
diatur oleh gen pengatur (regulator gene), gen operator (operator gene)
dan gen struktur (structural gene). Kombinasi gen operator dengan gen struktur
disebut operon. Mekanisme kerja operon ini dikatakan bahwa gen struktur
yang memprogram mRNA untuk enzim yang spesifik, berada dalam kelompok
atau sendirian, masing-masing berkombinasi dengan gen operator yang
berfungsi mengatur gen struktur menjadi aktif atau dalam keadaan terbuka,
dan menjadi tidak aktif atau dalam keadaan tertutup. Gen pengatur yang letaknya terpisah (bukan bagian dari operon)
membetuk suatu molekul pengatur (suatu protein) yang disebut reseptor
(repressor) yang menjaga gen operator dalam keadaan tertutup, sehingga operon
berada dalam keadaan tidak aktif. Hadirnya atau penambahan suatu molekul yang
disebut induser (inducer) yang bergabung dengan atau mentidak aktifkan reseptor,
memberi kesempatan kepada gen operator untuk berada dalam keadaan terbuka,
sehingga operon diaktifkan. Beberaa molekul lain yang disebut koreseptor:
(corepressor) dapat bertindak menutup gen, dengan cara mengaktifkan reseptor
kembali, sehingga operon menjadi tertutup dan menjadi tidak aktif.
Molekul-molekul induser dan koreseptor dapat merupakan metabolit sederhana yang
terlibat dalam urutan reaksi atau metabolik.
Tidaklah sukar
untuk membayangkan bahwa beberapa aktivitas metabolik sel berkaitan dengan
pertumbuhan (misalnya, sintesis senyawa antara dalam sintesis dinding sel,
dapat pula bertindak sebagai induser operon yang memprogram pembentukan mRNA
yang akan mensintesis enzim sitoplasmik. Senyawa-senyawa ini lebih lanjut dapat
menghasilkan senyawa antara yang akan merangsang sintesis komponen-komponen
struktur dan lain-lain. Pada beberapa tahap, beberapa senyawa antara produk
aktivitas metabolik, dapat pula bertindak sebagai koreseptor operon
sebelumnya,sesuai dengan urutannya. Proses
pengaktifan satu atau kelompok operon yang spesifik akan selalu mengarah pada
satu pola perkembangan. Arah perkembangan pada satu tingkah perkembangan
(juvenile) dapat sangat berbeda dengan arah perkembangan pada tingkat yang lain
(dewasa), meskipun kedua-duanya dikontrol oleh operon yang sama.
2.1.2
Pengontrolan
Organisme
Banyak perkembangan
tumbuhan diperantarai oleh rangsangan dari dalam yang dikeluarkan dalam organ.
Sel yang diisolasi dari organ tumbuhan yang telah berkembang dan kemudian
dikultur, in vitro, biasanya akan membelah dan tumbuh seperti halnya in vivo.
Tetapi dalam kultur tumbuhan biasanya bersifat tumor, menghasilkan masa sel
yang tidak berbentuk, padahal pada jaringan tumbuhannya sendiri akan mengarah
kepada pembentukan organ daun, akar atau batang sebagaimana ditentukan oleh
posisi sel dalam tumbuhan tersebut. Jenis pengontrolan yang seperti ini,
merupakan hasil atau akibat pertumbuhn yang terorganisir dengan baik.
Perkembangan
dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa kimia yang
disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut ke tempat
lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada
konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan atau
metabolisme. Pada kenyataan sangat sukar untuk mendefinisikan istilah hormon
dengan tepat. Penggunaan istilah zat pengatur tumbuh sering lebih baik, dan
menunjukkan senyawa-senyawa baik alami maupun sintetik yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme. Senyawa-senyawa ini biasanya bukan
suatu metabolit antara atau hasil suatu rangkaian reaksi yang dipengaruhinya,
dan biasanya aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah.
Beberapa
kelompok hormon telah diketahui dan beberapa dintaranya bersifat sebagai zat
perangsang pertumbuhan dan perkembangan (prometer), sedang yang lainnya bersifat
sebagai penghambat (inhibitor). Hormon tersebut adalah auksin, giberelin,
sitokinin, etilen, dan asam absisat (ABA).
1)
Auksin
Auksin
merupakan zat pengatur tumbuhan yang dapat mempengaruhi pemanjangan koleoptil
gandum, yang telah dikemukakan oleh Charles Darwin pada akhir abad ke-19.
Percobaan definitif yang membuktikan adanya zat yang berdifusi dan merangsang
perbesaran sel, telah dikerjakan oleh Fritz Went di Holand pada tahun 1920, dan
pada tahun 1930 struktur dan identitas auksin diketahui sebaga asam
indol-3-asetat (IAA). Percobaan yang melibatkan auksin serta struktur auksin
yang alami maupun yang sintetik.
Auksin
disintesis dipucuk batang dekat meristem pucuk, jaringan muda (misal daun muda),
dan terutama bergerak arah ke bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan
kadar auksin di pucuk batang dengan di akar. Aktivitasnya meliputi perangsangan
dan penghambatan pertumbuhan tergantung pada konsentrasi auksinnya. Jaringan
yang berbeda memberikan respon yang berbeda pula terhadap kadar auksin yang
dapat merangsang atau menghambatnya.
Gambar
2.2 Respon Auksin Pada berbagai Jaringan
Auksin dalam
aktivitasnya, dapat bekerja sendiri atau berkombinasi dengan hormon lain, dapat
merangsang atau menghambat berbagai peristiwa yang berbeda, dari mulai
peristiwa reaksi enzim secara individual sampai kepada pembelahan sel dan
pembentukan organ.
Salah satu
masalah penting dengan hormon ini ialah keberadaannya biasanya dalam jumlah
yang sangat kecil dan sangat sukar untuk dideteksi atau dikarakterisir secara
kimia.
2)
Giberelin
Senyawa ini ditemukan di Jepang,
ketika ekstrak Jamur Gibberella fujikuroi yang menyerang tanaman padi, dapat
menimbulkan gejala yang sama pada waktu disemprotkan kembali pada tanaman padi
yang sehat. Karakteristika dari penyakit ini ialah menyebabkan pemanjangan
ruas-ruas yang berlebihan, sehingga menyebabkan tumbuhan mudah rebah. Kerja
utama giberelin merangsang pemanjangan. Banyak tumbuhan yang secara genetik
kerdil, menjadi tinggi apabila diberi giberelin dalam jumlah yang sedikit saja.
Disamping merangang proses pemanjangan, giberelin juga terlibat dalam proses
perbungaan, perkecambahan biji dan menghilangkan dormansi. Giberelin dapat
berinteraksi dengan hormon lain dan di dalam tumbuhan bergeraknya bebas serta
angkutan dan distribusinya tidak polar seperti halnya auksin. Sekarang telah
diketahui lebih dari 50 macam giberelin, yang semuanya memiliki struktur dasar
yang sama seperti asam giberelat (gibberellic acid = GA3), dengan
sedikit perbedaan pada gugus samping dan subtansi yang lainnya.
Gambar 2.3 Struktur giberelin
3)
Sitokinin
Penemuan hormon ini
telah diketahui sebagai suatu zat yang larut dari bagian tumbuhan, mengandung bahan yang penting untuk
merangsang pembelahan sel dalam kultur sel
yang diisolasi dari bagian tumbuhan. F. Skoog
menemukan zat yang memberikan efek demikian dari DNA hewan yang kemudian diketahui sebagai 6-furfuril-aminopurin yang
selanjutnya diberi nama kinetin. Senyawa
sintetik yang lain seperti 6-benzilaminopurin diketahui
memberikan efek sama dengan kinetin dan diberi nama kinin. Hormon dan senyawa-senyawa yang memberikan pengaruh terhadap
pembelahan sel, sekarang disebut sitokinin (hormon
yang merangsang sitokinesis). Sitokinin alami yang telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari tumbuhan,
diantaranya zeatin, yang diperoleh dari ektrak
endosperm jagung.
Sitokinin Alami Sitokinin
Sintetik
Gambar 2.4
Struktur Sitokinin
4)
Etilen
Etilen
merupakan senyawa yang berbentuk gas dan dapat dipengaruhi perkembangan pada
tumbuhan. Senyawa ini diproduksi dalam daun dan dapat merangsang proses penuaan
(senescence), sedangkan pada buah dapat merangsang pematangan. Sintesisnya
sangat dipengaruhi oleh auksin.
Gambar
2.5 Struktur Etilen
5)
Asam Absisat
(ABA)
Senyawa
ini lebih berperan dalam memelihara dormansi dari pada proses absisi pada daun.
Diketemukan oieh ahli fisiologi Inggris P.F Wearing dengan kelompoknya dan oleh kelompok Amerika di
bawah pimpinan F.T Adicot, yang menamakan
senyawa tersebut sebagai dormin atau absisin
II. Sekarang senyawa tersebut dikenal dengan nama asam absisat (ABA), dan menyebabkan dormansi pada biji. ABA yang
dihasilkan ini, aktivitasnya dapat melawan
kerja giberelin pada beberapa tumbuhan, dan memiliki
srtruktur yang mirip dengan giberelin.
6)
Zat
pengatur tumbuh hipotonik
Banyak hormon dan
inhibitor yang berperan dalam perkembangan, tidak pernah berhasil diisolasi dan
dibuktikan keberadaannya. Banyak pula percobaan yang menunjukkan keberadaan
hormon perbungaan atau florigen, tetapi belum berhasil diisolasi.
Hormon-hormon lain bersifat hipotetik adalah antesin dan vernalin.
2.2
Tingkat Kerja Pengontrolan
2.2.1
Tingkat Genetik
Pendapat
bahwa semua sel totipoten, yaitu bahwa setiap sel membawa semua informasi
genetik untuk satu tumbuhan lengkup, telah dikemukakan jauh sebelumnya oleh
ahli fisiologi Jerman G. Haberlandt. Percobaan-percobaan kemudian membuktikan
pendapatnya, misalnya F.C. Steward di Cornell Univercity, telah menunjukkan
bahwa satu sel floem wortel yaag dikultur dengan baik, dapat tumbuh menjadi
tanaman yang baru dan lengkap. Rahasianya adalah harus diberi nutrien dan zat
pengatur tumbuh yang tepat, untuk merangsang pembelahan sel dan pertumbuhan,
dengan rangsangan luar tertentu seperti medium padat yang berfungsi memberikan
dukungan orientasi medan gravitasi, dan memberikan peluang pemantapan
polaritas, sehingga dapat terdiferensiasi. Dari percobaan tersebut ditunjukkan
bahwa informasi untuk semua peristiwa perkembangan dalam kehidupan tumbuhan,
ada dalam setiap sel hidup dan betapa pentingnya mekanisme genetik untuk
menanggulangi atau memilih informasi yang tepat pada waktunya.
Sebagaimana
telah dibahas pada teori operon dari Jacob dan Monod, dan bagaimana kemungkinan
suatu metabolik atau suatu bahan kimia bertindak sebagai aktivator atau
korepresor. Cara lain mekanisme pengontrolan tingkat genetik ini yaitu dengan
melibatkan sitokonin. Sitokinin adalah merupakan turunan purin adenin dan dapat
membentuk struktur ribosida sama seperti ribosida RNA. Ribosida sitokinin
dijumpai dalam jumlah sedikit dalam tRNA. Mula-mula diduga bahwa hal tersebut
merupakan kunci untuk aktivitas sitokinin dalam pembelahan sel. Beberapa
percobaan menunjukkan bahwa hal tersebut tidak benar dan aktivitas sitokinin
tidak secara langsung berhubungan dengan keberadaannya dalam RNA. Meskipun
demikian ada kemungkinan cara lain, yaitu adanya sitokinin dalam RNA akan
mengakibatkan pengontrolan sintesis enzim secara tidak langsung.
Salah
satu hal yang juga penting dalam perkembangan pada tingkat genetik ini, ialah
adanya informasi yang permanen atau tetap. Sebagai contoh untuk hal ini adalah
plagiotropisme, yaitu pertumbuhan cabang-cabang yang membentuk sudut
tertentu pada pohon (misal pada pinus, ketapang). Pada beberapa pohon,
plagiotropisme ini dapat bersifat sementara, yaitu akan hilang jika tunas
pucuknya dipotong, tetapi pada beberapa pohon dapat bersifat permanen.
Mekanisme kepermanenan ini masih belum difahami, tetapi pengontrolan ini
benar-benar penting.
2.2.2
Tingkat Sel
Sejumlah
mekanisme pengontrolan yang membingungkan terjadi pada tingkat seluler.
Meskipun hal ini sepertinya sebagai konsekuensi langsung tingkat pengontrolan
beberapa tingkat biokimia, kebanyakan dari padanya tidak dapat difahami. Berikut
ini beberapa contoh yang memberikan pandangan tentang berbagai pengaruh yang
berkaitan dengan hal di atas.
1.
Pembelahan
Sel
Pembelahan sel rupanya
berada di bawah pengontrolan hormon. Tanpa adanya kinetin, auksin hanya
menyebabkan pembesaran sel dalam kultur jaringan. Apabila ada kinetin maka
pembelahan sel akan terjadi. Tetapi meskipun ada kinetin, kalau auksinnya
berlebihan dapat menekan pembelahan sel dan pertumbuhan. Hormon yang seimbang
sangat penting dalam pengaturan pertumbuhan oleh pembesaran dan pembelahan sel.
Ion kalsium dapat menghambat pembesaran sel yang dirangsang auksin, terutama
karena berkombinasi dengan pektat dalam dinding, sehingga menjadi kurang
plastis. Pemberian kalsium pada medium yang selnya sedang membesar pada kultur
jaringan, akan menyebabkan pengubahan menjadi pembelahan sel. Kalsium telah
memodifikasi respon sel terhadap hormon.
2.
Perbesaran
Sel
Perbesaran sel berada di bawah pengontrolan hormon. Perbesaran sel
memerlukan penambahan isi sel, dan awalnya diduga IAA mengaktifkan pemompaan
air metabolik yang akan mendorong sel untuk mengembang dengan tekanan dari
dalam yang diakibatkan oleh pemasukan air. Tetapi sekarang diketahui bahwa IAA
bekerja dengan cara melemaskan struktur dinding sel sehingga menjadi plastis
(irreversible atau tidak elastis) dan pertumbuhanpun dapat terjadi. Perbesaran
sel merupakan proses dasar, sehingga tumbuhan dan jaringan yang pembelahan
selnya dihambat, masih dapat terus tumbuh dengan cara perbesaran sel.
3.
Polarisasi
Polarisasi dalam organisme dihasilkan dari adanya ketidaksamaan dan
terutama jelas pada tingkat subseluler. Banyak rangsangan yang berbeda dapat
menimbulkan polarisasi terhadap sel. Sel telur dalam ovarium sangat
terpolarisasi karena posisinya dalam struktur yang terpolarisasi. Pada zigot
Fucus, polarisasi ditentukan oleh rangsangan lingkungan yang meliputi
respon terhadap sentuhan, pH, cahaya, suhu, kandungan oksigen, auksin dan
hadirnya zigot lain. Zigot tidak perlu memberikan reaksi yang sama terhadap
semua rangsangan ini, tetapi semua rangsangan ini mampu menimbulkan polarisasi.
Kultur sel tumbuhan tinggi yang sedang tumbuh, tidak
terdiferensiasi dengan mudah apabila disimpan dalam kultur cair, karena mereka
tidak terpolarisasi.Tetapi apabila sel-sel bebas tersebut kemudian ditempatkan pada
permukaan nutrisi agar yang cocok, mereka secara individual akan terpolarisasi
dan diferensiasipun dimulai. Banyak atau hampir semua sel dalam jaringan yang
sudah terorganisasi, akan terpolarisasi berkenaan dengan posisinya dalam
organisme.
4.
Pendewasaan
sel
Banyak kejadian yang terjadi dalam tumbuhan diduga dipengaruhi
oleh hormon atau faktor-faktor lainnya. Beberapa indikasi tentang bagaimana hal
tersebut dapat terjadi, dikemukakan oleh ahli fisiologi Amerika R.H. Wetmore
bersama kawan-kawannya. Apabila sepotong kalus ditempatkan pada nutrisi agar
yang mengandung sukrosa dan setetes larutan IAA yang diletakkan pada permukaan
kalus, maka diferensiasi elemen jaringan pembuluh akan terjadi pada kalus.
Lokasi jaringan-jaringan yang berbeda dipengaruhi oleh konsentrasi IAA dalam
larutan, tetapi sifat diferensiasi dikontrol oleh konsentrasi gula dalam agar.
Gula yang rendah akan menyebabkan produksi xilem, sedangkan kadar gula yang
tinggi akan merangsang pembentukan floem, dan kadar yang menengah akan
merangsang kedua-duanya dengan lapisan kambium diantaranya.
2.2.3
Tingkat Biokima
Pendapat
bahwa hormon dapat mempengaruhi pertumbuhan dengan pengaruh
aktivitas enzim melalui jalur biokimia yang spesifik, telah banyak menarik
para ahli fisiologi dan biokimia. Seorang ahli fisiologi Amerika telah menunjukkan
bahwa IAA bekerja secara langsung mengaktifkan enzim pembentuk
sitrat (citrate condising enzyme) pada daur Krebs. Karena hal ini dianggap
sebagai enzim kunci dalam metabolisme energi hal tersebut dapat merupakan
mekanisme pengaturan yang penting. Salah satu mekanisme yang
autentik adalah perangsangan sintesis α- amilase dalam perkecambahan biji
serealia oleh giberelin, yang pertama kali ditunjukkan oleh H.Yomo di Jepang
dan L.P.Paleg di Australia. Ahli fisiologi Amerika J.E.Varner menunjukkan
bahwa giberelin dapat membebaskan operon yang sebelumnya tertutup
menjadi aktif kembali, dan enzim α-amilase disintesis, yaitu enzim yang
terlibat dalam hidrolisis persediaan pati selama perkecambahan biji. Dengan
demikian pemahaman kerja hormon dengan hanya melihat dari aktivitas
tingkat genetik dan biokimia saja tidaklah cukup.
2.2.4
Tingkat
Organisme
Pengorganisasian
merupakan hasil polarisasi pembelahan sel dan spesialisasi sel. Tetapi pengorganisasian jaringan
menjadi organ lebih dari itu, karena pada tahap ini pola-pola pertumbuhan yang
berbeda harus diatur pada tingkat reaksi-reaksi sel secara individual untuk
dapat mengontrol bentuk dan ukuran. Telah diketahui bahwa auksin dibentuk di pucuk
koleoptil rumput-rumputan, dan bergerak ke arah bawah. Kejadian seperti ini
sangat umum dalam tumbuhan, yaitu auksin bergerak dari pucuk ke bagian basal tumbuhan
(angkutan basipetal), dan bukan dari basal ke pucuk ( akropetal). Angkutan
polaritas ini selalu dipelihara, bahkan apabila tumbuhan dipotong dan
diletakkan terbalik, bagian basal akan menghasilkan akar dan bagian pucuk
akan menghasilkan tunas. Zat-zat pengatur tumbuh lainnya tidak melakukan
angkutan polar seperti auksin. Giberelin bergerak sangat cepat
diseluruh bagian tumbuhan tanpa ada batasan. Sitokinin bergerak relatif lebih lambat
dan diangkut dari akar kebagian pucuk tumbuhan. Semua pergerakan hormon-hormon
ini memerlukan energi metabolik yang dihasilkan dari respirasi.
Apabila peristiwa-peristiwa morfologi terjadi, biasanya hormon terlibat. Sebaliknya
apabila hormon diberikan pada tumbuhan, berbagai peristiwa morfologi
dan perkembangan akan terjadi. Pengaruh auksin yang menyebabkan awal
perakaran sudah banyak diketahui dan digunakan secara komersial untuk
merangsang perakaran potongan batang.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pengontrolan genetik, kelengkapan genetik yang
diturunkan dari induknya merupakan sumber informasi genetik berada di dalam
inti sel (nukleus) dan sitoplasma yang terdapat pada kloroplas
dan mitokondria. Setiap sel hidup pada tumbuhan menerima kelengkapan
informasi genetik yang asli, yang diterimanya pada waktu proses pembelahan sel
terjadi. Pengontrolan organisme, perkembangan
tumbuhan diperantarai oleh rangsangan dari dalam yang dikeluarkan dalam organ.
Perkembangan dipengaruhi atau dikontrol oleh hormon, yaitu senyawa-senyawa
kimia yang disintesis pada suatu lokasi di dalam organisme, kemudian diangkut
ke tempat lain untuk selanjutnya bekerja melalui suatu cara yang spesifik pada
konsentrasi yang sangat rendah, untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan atau
meabolisme. Hormon tersebut adalah auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan
asam absisat (ABA).
Tingkat kerja pengontrolan secara genetik, mekanismenya
dengan melibatkan sitokonin. Sitokinin adalah merupakan turunan purin adenin
dan dapat membentuk struktur ribosida sama seperti ribosida RNA. Ribosida
sitokinin dijumpai dalam jumlah sedikit dalam tRNA. Tingkat kerja pengontrolan
sel, dimulai dari pembelahan sel, perbesaran sel, polarisasi, dan pendewasaan
sel. Tingkat kerja pengontrolan secara biokimia, hormon dapat mempengaruhi
pertumbuhan dengan pengaruh aktivitas enzim melalui jalur biokimia yang
spesifik, dengan salah satu mekanisme yang autentik adalah perangsangan sintesis α- amilase
dalam perkecambahan biji serealia oleh giberelin. Tingkat kerja
pengontrolan secara pengorganisasian merupakan hasil polarisasi pembelahan sel
dan spesialisasi
sel. Tetapi pengorganisasian jaringan menjadi organ lebih dari itu,
karena pada tahap ini pola-pola pertumbuhan yang berbeda harus diatur pada
tingkat reaksi-reaksi sel secara individual untuk dapat mengontrol bentuk
dan ukuran.
3.2
Kritik dan
Saran
Pembuatan makalah ini dibuat dengan
maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Tumbuhan. Makalah ini
berisikan uraian singkat tentang Pengontrolan pada perkembangan dan pertumbuhan
dan tingkat kerja pengontrolan. Namun kami menyadari bahwa penyusunan makalah
ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami siap untuk diberikan kritik
yang tentunya kritikan yang membangun dan positif, juga diikuti dengan saran
yang positif pula.
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury, F.B. and. Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid
3. (diterjemahkan oleh Diah dan Sumaryono), Penerbit ITB: Bandung.
http://karedok.net/modul-buku/bab-i-pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan,
diakses Sabtu, 06 Oktober 2012
http://zonabawah.blogspot.com/2011/04/pengontrolan-perkembangan-tumbuhan-pada.html, diakses
Sabtu, 06 Oktober 2012
http://irniz-chama.blogspot.com/2012/02/pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan.html, diakses
Sabtu, 06 Oktober 2012
http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/07/parameter-pertumbuhan-dan-perkembangan.html, diakses
Sabtu, 06 Oktober 2012
Http://bangkittani.com,diakses Sabtu, 06 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar